2)
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA (1252-1722 M)
a.
Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia
Pada waktu kerajaan Turki Usmani
sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaanSafawi di Persia masih baru berdiri.
Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembangdengan cepat. Nama Safawi ini
terus di pertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadisuatu gerakan politik dan
menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalamperkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan
kerajaan Turki Usmani.
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan
besar Islam lainnya sepertikerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini
menyatakan sebagai penganut Syi’ah dandijadikan sebagai madzhab negara. Oleh
karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagaipeletak dasar pertama terbentuknya
negara Iran dewasa ini .
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat
yang berdiri di daerah Ardabilkota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah
sesuai dengan namapendirinya Syekh Ishak Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi’ah yang keenam “Musa
al-Kazim”.Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar kemudian pada perkembangan
selanjutnyamemerangi orang-orang
ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi semakin pentingsetelah ia mengubah bentuk
tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat localmenjadi gerakan
keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.Dalam
perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik
terhadapajaran-ajarannya.Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk
berkuasakarena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah
merekayakini (ajaran Syi’ah).Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat
Safawiyah menjaditentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang
setiap orang yangbermazhab selain Sy’iah.
Secara resmi kerajaan
safawi didirikan oleh Syekh Ismail bin Haydar bin Junayd bin Syeh Ibrahim bin
Khawajah Ali bin Syeh Sadr al-din bin Syeh Safi al-din, sedangkan ibunya
bernama Uzun Hasan. Dengan menggunakan Qizil-Bash sebagai kekuatan angkatan bersenjata dan
menjadikan Syi’ah sebagai dasar politik dan ideologi, Ismail mulai menundukkan
penguasa Ak Koyunlu dan memperluas daerah kekuasaannya. Ia menggunakan gelar “Syah” dan menjadi raja Safawi yang pertama.Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M.
Pada sepuluh tahunpertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia
dapatmenghancurkansisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia diNazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerahBarat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluhtahun itu wilayah kekuasaannya
sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur BulanSabit Subur (Fertile
Crescent) .Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya
untuk terusmengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti
Turki Usmani.Ismail berusaha merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah
kerajaan Usmani (1514 M).
Tetapi dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah
Turki Usmani yang dipimpin oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan
Safawi terselamatkan denganpulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi
perpecahan di kalangan militer Turki dinegerinya (Hassan, 1989:337).Kekalahan
tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.Akibatnyadia
berubah, dia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.Keadaan itu berdampak negatif bagi
kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingandalam merebut pengaruh
untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusukuTurki, pejabat
keturunan Persia dan Qizilbash.
Pada masa pemerintahan Syah Abbas I
(1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang
melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz,
Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin
melepaskan diri dari ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbash,
maka ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan
Georgia. Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun
1598.
b.
Kemajuan –
kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi, antara lain sebagai berikut :
1.
Bidang Pemerintahan
dan Politik
Terbagi
secara horizontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan
atau kedaerahan, dan pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis,
istana (dargah) dan sekretariat negara (divan atau mamalik). Penyelenggaraan
negara dipercayakan kepada para amir (kepala suku) tingkat atas dan wazir
(menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga yang
tercakup dalam dewan tersebut (majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan
istana, sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelejen.
2. Bidang Ekonomi
Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat
di bidang pertanian dengan memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah
raja. Pertumbuhan ekonominya semakin baik karena stabilitas keamanan yang
dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali. Pelabuhan Bandar Abbas
menjadi jalur perdagangan antara Timur dan Barat sehingga sektor perdagangan
semakin maju. Di bidang pertanian mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan
Sabit yang subur.
3.
Bidang Ilmu
Pengetahuan
Didirikan lembaga pendidikan Syi’ah oleh Syah Abbas I, yaitu
sekolah teologi untuk lebih memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama
ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan Safawi antara lain, Muhammad bin Husain
Al-Amili Al-Juba’i, Baha al-Dina al-Syaerazi seorang generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi seorang ahli filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad seorang ahli filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah
mengadakan observasitentang kehidupan lebah.
4.
Bidang Bangunan
dan Seni
Kantor, masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan
gaya arsitektur yang indah. Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil
dari kerajinan tangan, keramik, karpet, dan seni lukis.KotaIsfahan
juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat,
diIsfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273
pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik,
permadani dan benda seni lainnya.
c.
Kemunduran Kerajaan Safawi disebabkan antara lain:
1.
Ketidakcakapan
para penguasanya untuk mengendalikan sistem pemerintahan terutama setelah Syah
Abas I.
2.
Adanya konflik
berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani karena dengan berdirinya Kerajaan Safawi
beraliran Syiah itu tidak ada perdamaian lagi antara dua kerajaan Islam.
3.
Dekadensi moral
para pemimpin Kerajaan Safawi.
4. Pasukan Ghulam (budak–budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki
semangat jiwa patriotik karena kurang terlatih.
2) KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
(1526-1857 M)
a.
Perkembangan Kerajaan Mughal di India
Kesultanan Mughal (bahasa Persia: شاهان مغولShāhān-e Moġul; sebutan diri: گوركانى - Gūrkānī) adalah sebuah negara yang pada masa jayanya
memerintah Afganistan, Balochistan, dan sebagian besar anak benua India antara 1526
dan 1857. Agama
rakyat Mughal adalah Islam.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan
oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak
ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan
ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada
pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore.Ia menguasai Punjab
dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur
adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi
kerajaan tidak stabil, karena banyak
perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas
bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak
kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar
Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar
berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan
mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil
menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang
memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua
agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini
putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi. Penguasa keempat adalah
Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal
jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu
muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram
berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara
ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir
meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram
bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi pemberontakan,
terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra
ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari keturunan Lodi.
Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh
ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan
saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan
sendiri oleh Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb,
(1658-1707 M) menggantikan ayahnya, Shah Jahan. Kebijakan Aurangzeb sangat
berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendahulunya terutama buyutnya, Akbar
Khan. Ia melarang berjudi, minuman keras, upacara sati, serta membolehkan
pengrusakan kuil-kuil Hindu. Kebijakan ini menimbulkan banyak pemberontakan
terutama dari kalangan Hindu. Namun karena kekuatan pasukan Aurangzeb, semua
pemberontakan dapat dipadamkan.Kebesaran namanya sejajar
dengan kebesaran nama buyutnya, Akbar Khan. Meski pemberontakan bisa dipadamkan
oleh Aurangzeb, namun setelah kematian Aurangzeb, banyak propinsi yang
memisahkan diri. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran
b.
Kemajuan –
kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal
antara lain sebagai berikut :
1.
Bidang politik dan militer
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang politik, Sulhul Kull
berhasil menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan penganut lainnya.Di bidang
militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat.Terdiri dari pasukan
gajah, berkuda, dan meriam.Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik yang
dikepalai oleh Sipah Salar.
2.
Bidang ekonomi
Di bidang ekonomi, memajukan pertanian.Terdiri dari padi, kacang,
tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah.Pemerintah membentuk sebuah lembaga
yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan para petani.Industri tenun
juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara dll. Masa Jahangir, investor
diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik.
3.
Bidang seni dan bangunan
Di bidang seni, Jahangir merupakan
salah satu pelukis terhebat.Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan ukiran dan
marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang
terkenal: benteng merah, makam kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular
adalah Taj Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang
dibangun oleh Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang
cantik jelita.
Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa
India.Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar, menjadi bahasa yang banyak
dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang.
4.
Dibidang ilmu pengetahuan
Di bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi
di Delhi.Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow.Tiap masjid mempunyai
lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru.Sejak berdiri banyak
ilmuan yang belajar di India.
c.
Kemunduran Kerajaan Mughal disebabkan antara lain:
1.
Terjadinya
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal, begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang trampil dalam
mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.
Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan Pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam
melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik
antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paroh terakhir adalah
orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
B. Pelajaran yang dapat diambil dari Sejarah Perkembangan Islam Pada
Periode Pertengahan / Zaman Kemunduran Tahun 1250-1800 M
Pelajaran yang
dapat diambil dalam sejarah perkembangan Islam pada periode pertengahan / Zaman kemunduran dapat dianalisis pada hal-hal berikut:
1.
Jiwa dan
semangat persatuan serta kesatuan yang dibina oleh tiga kerajaan besar dapat
membangun kerajaan pada zamannya.
2.
Kerja keras dan
pantang menyerah yang dilakukan oleh rakyat dan pemimpin pada masa pertengahan
telah membuahkan hasil yang gemilang.
3. Menghindari permusuhan dengan saudara sesamamuslim.
4. Mencari ilmu pengetahuan dengan
semangat dan niat mencari ridha Allah
Swt serta menyejahterakan kehidupan umat manusia.
5. Meneladani sikap-sikap positif yang tergambar dalam sejarah.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan
Islam yang sering mengalami kemajuan dan kemunduran, hal ini juga di alami oleh
tiga kerajaan besar yang ada setelah kemunduran dinasti Abbasyah yaitu kerajaan
Turki Usmani, kerajaan safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India.
Sebagaimana
dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus:
1.
Kelahiran / berdiri,
2.
Perkembangan,
3.
Mencapai puncak / kemajuan,
4.
Mengalami kemunduran,
5.
Kemudian hancur.
Itulah siklus
peradaban seperti yang dikemukakan oleh
Ibnu Khaldun, seorang sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Daftar
Pustaka
Chair, Abdul, dkk, Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
http://elsety.blogspot.com/2010/05/sejarah-mughal-di-india.htmlhttp://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/haxottoman.html
Munir Amin, Samsul, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985.
Pokja
UIN SUKA, PengantarSejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga, 2005.
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah 2), Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011.