Minggu, 17 Februari 2013

Dua kerajaan Zaman kemunduran


2)    KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA (1252-1722 M)

a.        Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaanSafawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembangdengan cepat. Nama Safawi ini terus di pertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadisuatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalamperkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani.
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan besar Islam lainnya sepertikerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi’ah dandijadikan sebagai madzhab negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagaipeletak dasar pertama terbentuknya negara Iran dewasa ini .
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabilkota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah sesuai dengan namapendirinya Syekh Ishak Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi’ah yang keenam “Musa al-Kazim”.Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar kemudian pada perkembangan selanjutnyamemerangi orang-orang ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi semakin pentingsetelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat localmenjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadapajaran-ajarannya.Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasakarena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah merekayakini (ajaran Syi’ah).Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjaditentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yangbermazhab selain Syiah.
                                    Secara resmi kerajaan safawi didirikan oleh Syekh Ismail bin Haydar bin Junayd bin Syeh Ibrahim bin Khawajah Ali bin Syeh Sadr al-din bin Syeh Safi al-din, sedangkan ibunya bernama Uzun Hasan. Dengan menggunakan Qizil-Bash sebagai kekuatan angkatan bersenjata dan menjadikan Syi’ah sebagai dasar politik dan ideologi, Ismail mulai menundukkan penguasa Ak Koyunlu dan memperluas daerah kekuasaannya. Ia menggunakan gelar “Syah” dan menjadi raja Safawi yang pertama.Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M.
Pada sepuluh tahunpertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapatmenghancurkansisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia diNazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerahBarat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluhtahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur BulanSabit Subur (Fertile Crescent) .Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terusmengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.Ismail berusaha merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M).
Tetapi dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang dipimpin oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan denganpulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki dinegerinya (Hassan, 1989:337).Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.Akibatnyadia berubah, dia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.Keadaan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingandalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusukuTurki, pejabat keturunan Persia dan Qizilbash.
Pada masa pemerintahan Syah Abbas I (1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz, Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin melepaskan diri dari ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbash, maka ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan Georgia. Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun 1598.

b.        Kemajuan – kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi,  antara lain sebagai berikut :
1.      Bidang Pemerintahan dan Politik
Terbagi secara horizontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, dan pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis, istana (dargah) dan sekretariat negara (divan atau mamalik). Penyelenggaraan negara dipercayakan kepada para amir (kepala suku) tingkat atas dan wazir (menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga yang tercakup dalam dewan tersebut (majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan istana, sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelejen.
2.      Bidang Ekonomi
Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di bidang pertanian dengan memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah raja. Pertumbuhan ekonominya semakin baik karena stabilitas keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali. Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur dan Barat sehingga sektor perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan Sabit yang subur.
3.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Didirikan lembaga pendidikan Syi’ah oleh Syah Abbas I, yaitu sekolah teologi untuk lebih memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan Safawi antara lain, Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Baha al-Dina al-Syaerazi seorang generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi seorang ahli filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad seorang ahli filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasitentang kehidupan lebah.
4.      Bidang Bangunan dan Seni
Kantor, masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan gaya arsitektur yang indah. Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil dari kerajinan tangan, keramik, karpet, dan seni lukis.KotaIsfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, diIsfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.

c.         Kemunduran Kerajaan Safawi disebabkan antara lain:

1.    Ketidakcakapan para penguasanya untuk mengendalikan sistem pemerintahan terutama setelah Syah Abas I. 
2.    Adanya konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani karena dengan berdirinya Kerajaan Safawi beraliran Syiah itu tidak ada perdamaian lagi antara dua kerajaan Islam.
3.    Dekadensi moral para pemimpin Kerajaan Safawi.
4.    Pasukan Ghulam (budak–budak) yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat jiwa patriotik karena kurang terlatih.





2)      KERAJAAN MUGHAL DI INDIA (1526-1857 M)

a.         Perkembangan Kerajaan Mughal di India
Kesultanan Mughal (bahasa Persia: شاهان مغولShāhān-e Moġul; sebutan diri: گوركانى - Gūrkānī) adalah sebuah negara yang pada masa jayanya memerintah Afganistan, Balochistan, dan sebagian besar anak benua India antara 1526 dan 1857. Agama rakyat Mughal adalah Islam.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore.Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi kerajaan tidak stabil, karena banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi. Penguasa keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb, Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya, Shah Jahan. Kebijakan Aurangzeb sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendahulunya terutama buyutnya, Akbar Khan. Ia melarang berjudi, minuman keras, upacara sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil Hindu. Kebijakan ini menimbulkan banyak pemberontakan terutama dari kalangan Hindu. Namun karena kekuatan pasukan Aurangzeb, semua pemberontakan dapat dipadamkan.Kebesaran namanya sejajar dengan kebesaran nama buyutnya, Akbar Khan. Meski pemberontakan bisa dipadamkan oleh Aurangzeb, namun setelah kematian Aurangzeb, banyak propinsi yang memisahkan diri. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran
b.        Kemajuan – kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal antara lain sebagai berikut :
1.         Bidang politik dan militer
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang politik, Sulhul Kull berhasil menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan penganut lainnya.Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat.Terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam.Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik yang dikepalai oleh Sipah Salar.
2.         Bidang ekonomi
Di bidang ekonomi, memajukan pertanian.Terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah.Pemerintah membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan para petani.Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara dll. Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik.

3.         Bidang seni dan bangunan
Di bidang seni, Jahangir merupakan salah satu pelukis terhebat.Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal: benteng merah, makam kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun oleh Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik jelita.
Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa India.Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar, menjadi bahasa yang banyak dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang.
4.         Dibidang ilmu pengetahuan
Di bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di Delhi.Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow.Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru.Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India.

c.         Kemunduran Kerajaan Mughal disebabkan antara lain:

1.         Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal, begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang trampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
2.         Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang mengakibatkan Pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.         Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.         Semua pewaris tahta kerajaan pada paroh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.


B. Pelajaran yang dapat diambil dari Sejarah Perkembangan Islam Pada Periode Pertengahan / Zaman Kemunduran Tahun 1250-1800 M
Pelajaran yang dapat diambil dalam sejarah perkembangan Islam pada periode  pertengahan / Zaman kemunduran dapat dianalisis pada hal-hal berikut:

1.    Jiwa dan semangat persatuan serta kesatuan yang dibina oleh tiga kerajaan besar dapat membangun kerajaan pada zamannya.
2.    Kerja keras dan pantang menyerah yang dilakukan oleh rakyat dan pemimpin pada masa pertengahan telah membuahkan hasil yang gemilang.
3.    Menghindari permusuhan dengan saudara sesamamuslim.
4.     Mencari ilmu pengetahuan dengan semangat dan niat mencari ridha Allah Swt serta menyejahterakan kehidupan umat manusia.
5.    Meneladani sikap-sikap positif yang tergambar dalam sejarah.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan Islam yang sering mengalami kemajuan dan kemunduran, hal ini juga di alami oleh tiga kerajaan besar yang ada setelah kemunduran dinasti Abbasyah yaitu kerajaan Turki Usmani, kerajaan safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India.
Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus:
1.         Kelahiran / berdiri,
2.         Perkembangan,
3.         Mencapai puncak / kemajuan,
4.         Mengalami kemunduran,
5.         Kemudian hancur.
Itulah siklus peradaban seperti yang dikemukakan oleh  Ibnu Khaldun, seorang sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.

Daftar Pustaka
Chair, Abdul, dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
http://elsety.blogspot.com/2010/05/sejarah-mughal-di-india.html
http://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/haxottoman.html
Munir Amin, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,  Jakarta: UI Press, 1985.
Pokja UIN SUKA, PengantarSejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah 2), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.